Mengintip Kekayaan Intelektual Komunal Tenun Endek Bali

May 04, 2021

Kain tenun tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.  Setiap daerah memiliki tenun yang memiliki keunikan dan ciri khas sesuai dengan kebudayaan, adat isitiadat, lingkungan alam dan pengetahun masyarakat.

 

Keanekaragaman kain tenun dengan berbagai motif menambah kekayaan budaya bangsa.  Bahkan Tenun Endek Bali pernah ditampilkan di acara peragaan busana Dior di Paris Show Week Perancis pada tahun 2020.

 

Di antara sekian banyak koleksi rumah mode Christian Dior yang ditampilkan pada acara peragaan busana tersebut, terdapat beberapa koleksi yang memakai kain Endek asal Bali.  Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi Indonesia karena Tenun Endek Bali bisa ditampilkan pada acara bergengsi. Nama Tenun Endek Bali pun semakin dikenal di kancah dunia internasional.

 

Menyadari betapa nilai ekonomi yang ada pada Tenun Endek Bali, pemerintah daerah setempat berinisiatif mengajukan permohonan pencatatan kekayaan intelektual komunal itu di Ditjen Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI.  Permohonan itu dikabulkan, dan kini kain Tenun Endek Bali secara resmi telah tercatat dan terdaftar sebagai produk Kekayaan Intelektual Komunal. Dengan demikian, kain Tenun Endek Bali sudah dilindungi.

 

Pencatatan produk kekayaan intelektual komunal seperti Tenun Endek Bali dinilai sangat penting supaya tidak diambil atau diklaim oleh negara lain.  Indonesia pernah memiliki pengalaman   buruk dengan negara tetangga soal kekayaan intelektual komunal.  Beberapa produk budaya bangsa seperti seni budaya diklaim oleh Malaysia sebagai produk budaya mereka. Pemerintah Malaysia sudah beberapa kali mengklaim budaya Indonesia seperti Tari Zapin, Rendang, Gamelan, tercatat dalam akta budaya Malaysia.

 

Pemerintah Malaysia juga pernah mengklaim Reog dan lagu Rasa Sayange serta Tari Pendet asal Bali, namun klaim negara tentangga itu akhirnya bisa diselesaikan secara baik-baik setelah mendapat protes dari Pemerintah Indonesia.  Pemerintah daerah Bali tampaknya tidak ingin kecolongan dengan produk kekayaan intelektual komunal seperti Tenun Endek Bali.  Pemda setempat tidak ingin produk warisan budaya mereka dicolong atau diklaim oleh negara lain.

 

Langkah tepat yang diambil oleh Pemda Bali dalam melindungi kekayaaan intelektual komunal seperti Tenun Endek Bali pantas mendapat apresiasi. Pemda daerah lain yang memiliki kekayaan intelektual komunal seperti Pengetahuan Tradisional, Ekspresi Budaya Tradisional, Sumber Daya Genetik, dan Potensi Indikasi Geografis perlu mencontoh apa yang dilakukan oleh Pemda Bali.

Kekayaan Intelektual Komunal merupakan kekayaan intelektual yang kepemilikannya bersifat kelompok dan merupakan warisan budaya tradisional yang perlu dilestarikan, mengingat budaya tersebut merupakan identitas suatu kelompok atau masyarakat.

 

Dengan keunikan dan karakteristiknya, Tenun Endek Bali yang merupakan warisan tradisional dapat menarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk mengunjungi daerah-daerah di Indonesia, dan tentunya akan berdampak pada meningkatnya perekonomian masyarakat di daerah dari sektor pariwisata.

 

Kain tenun merupakan salah satu produk budaya yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Kain tenun tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Setiap daerah memiliki kain tenun yang mempunyai keunikan dan ciri khas sesuai dengan kebudayaan, adat istiadat, kepercayaan, lingkungan alam dan pengetahuan masyarakatnya.

Selama ini, orang-orang   mengenal beberapa daerah sebagai penghasil kain tenun berkualitas  mulai dari Sumatera sampai ke ujung timur Indonesia.  Pulau Dewata Bali, misalnya memiliki banyak jenis kain tenun yang eksotis antara lain Tenun Endek.

 

Masing-masing kain tenun mempunyai motif yang sangat kental akan budaya dan ritual keagamaan masyarakat Bali.  Menurut catatan sebagaimana dikutip dari Wikipedia, kain endek merupakan wastra endek atau tenun endek.  Motifnya sangat beragam sesuai dengan penggunaannya.

 

Ada motif patra dan encak saji yang bersifat sakral. Motif ini umumnya digunakan untuk kegiatan upacara keagamaan. Motif-motif tersebut menunjukkan rasa hormat kepada Sang Pencipta. Sedangkan motif yang mencerminkan nuansa alam, biasa digunakan untuk kegiatan sosial atau kegiatan sehari-hari.

 

Motif yang dihasilkan lebih banyak menggambarkan flora, fauna dan tokoh pewayangan yang sering muncul dalam mitologi-mitologi cerita Bali. Motif tersebut memberikan ciri khas tersendiri pada kain Endek dibandingkan dengan motif-motif kain pada umumnya.

 

Motif motif geometri diungkapkan melalui bentuk-bentuk: garis lurus, garis putus, garis lengkung dan semua bidang geometri.  Ragam hias geometri termasuk ragam hias tertua diantara ragam hias lainnya di Bali.

 

Motif ini menceritakan dan memberikan simbolisasi keyakinan masyarakat Bali. Ada juga motif dekoratif atau campuran di Bali disebut Prembojan yang merupakan penggabungan dari seluruh motif yang sudah ada sebelumnya dan didesain sesuai keyakinan masyarakat Bali atau cerita pewayangan.

 

Di Sumatera, ada songket Palembang yang terkenal dengan keindahannya. Songket Palembang adalah kain tenun berwarna dasar merah dan diselingi dengan benang emas. Warna merah dan emas merupakan perpaduan warna yang menunjukkan kemewahan. Kain songket merupakan penanda status sosial seseorang dimasyarakat. Kain songket ini umumnya digunakan pada saat pesta pernikahan dan juga sebagai kostum penari ketika menyambut tamu kehormatan.

Di Sumatera Barat ada tenun Pandai Sikek. Kain songket ini banyak terpengaruh dari kain songket Palembang. Tak hanya benang emas yang digunakan, fungsi kain songket Pandai Sikek pun hampir sama dengan kain songket Palembang.  Kain songket Pandai Sikek biasanya digunakan pada acara adat seperti perkawinan dan juga menyambut tamu penting.

 

Di Sumaera Utara ada kain songket yang disebut Ulos. Ulos adalah kain tenun khas Batak yang berbentuk selendang. Kain yang biasanya ditenun dengan benang berwarna emas dan perak ini didominasi oleh warna merah, hitam, dan putih.

 

Di Provinsi Jambi ada songket Muaro Bungo, yang memiliki motif berbunga. Ciri khas Songket Jambi adalah terdapat benang emas didalam suluran daun dan bunga. Sedangkan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak saja terkenal dengan batiknya.  Akan tetapi, daerah itu juga memiliki kain tenun yang disebut dengan kain lurik.  Lurik adalah kain dengan motif garis-garis kecil. Lurik merupakan pakaian tradisional khas warga pria pedesaan dikalangan masyarakat Jawa.

 

Sementara itu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) juga memiliki tenun yang sangat indah dan terkenal dengan kualitasnya yang baik.  Kain Tenun NTT adalah kain yang dibuat dari proses menenun oleh masyarakat NTT. Para perajin menggunakan pewarna alami yang biasanya dibuat dari akar-akar pohon dan ada pula yang menggunakan dedaunan.

 

Gambaran di atas adalah sekelumit contoh bahwa Indonesia memiliki banyak sekali ragam kekayaan intelektual komunal yang perlu diindungi supaya tidak diakui oleh negara lain. Dengan ada pendaftaran ke Ditjen Kekayaan Intelektual, maka produk budaya Indonesia bisa diindungi. (raa/su)

 

*****

Untuk informasi lebih lanjut lagi terkait artikel di atas dapat menghubungi Sdri. Ratu Aurora di email ratu.aurora@kk-advocates.com .

 

(Tulisan di atas adalah merupakan artikel dan tidak dapat dianggap sebagai advis atau opini hukum dari penulis dan/atau kantor hukum K&K Advocates).



Avatar
Ratu Aurora

SENIOR ASSOCIATE

K&K Advocates